You're My Love, You're My Heart (Part 1 : Damn Day)

Ai_POV
"Umma, aku pergi ke sekolah," pamit Ai kepada umma sembari mencium tangan umma-nya. Umma menganggukkan kepala sambil mengelus kepala Ai. Ai mendongakkan kepalanya sambil tersenyum, umma membalas senyuman Ai.
"Kau sudah besar ya, tidak terasa sekarang kau sudah masuk tahun ajaran kelas 1 SMU. Hati-hati ya Ai," pesan umma. Tiba-tiba, Yoe Kyung datang sambil berkacak pinggang, wajahnya terlihat lucu.
"Onnie seharusnya pamit juga kepadaku! Walaupun aku masih kecil, aku ingin onnie pamit juga padaku," seru Yoe Kyung. Ai tertawa melihat adiknya bertingkah lucu
"Iya, iya. Onnie pamit dulu Yoe," jawab Ai. Yoe Kyung tersenyum puas. Umma dan Ai tertawa bersama.
"Oh, Ai. Sebentar lagi bel berbunyi, ayo bergegas ke sekolah!" perintah umma.
Ai menganggukkan kepala. "Iya, Umma, aku pergi" kemudian mengambil sepeda putihnya dan mengendarainya pergi ke sekolah.
Di Sekolah ...
Ai berjalan menyusuri lorong kelas, ia mencari-cari kelasnya.
"Uwaa! Bagaimana ini? Aku pusing mencarinya!" bisik Ai dalam hati. Maklum, sekolahnya memang besar, Ai bisa masuk ke sekolah ini karena beasiswa yang ia dapatkan. Ai malu untuk bertanya kepada teman barunya, tapi bagaimana? Pandangan Ai tidak tentu arah, kadang ke depan, belakang, dan semua arah sampai akhirnya ...
BRUK!
"Auch! Uuhh ... nnng?" Ai mendongakkan kepalanya. Kemudian melihat yeoja di depannya yang terduduk, mungkin terjatuh karena bertabrakan dengannya.
"Uuuhh ... ada apa ini!?" rintih yeoja itu. Ai panik, ia berusaha minta maaf. Yeoja itu bangkit dari duduknya.
"Ma ... maaf onnie  aku tidak tahu, aku minta ..."
"Maaf, maaf. Memangnya mudah untuk meminta maaf hah?! Dasar gadis pendek! Kau murid baru ya? Matamu kau taruh dimana?" bentak yeoja itu. Ai terkejut mendengarnya.
"Aku taruh mataku ya, di sini! Tidak ada yang lain! Iya, aku anak baru kelas 1 SMU, lalu?" balas Ai sambil menunjuk kedua matanya. Yeoja itu nampak kesal.
"Heeehh ....?!?! Aku kakak kelasmu! Jadi jangan macam-macam dan kau ..."
"Ada apa ini?!" lerai seorang namja. Yeoja itu terdiam sejenak. Ai hanya berdiri diam.
"Ooohhh ...  noona Jessica, sedang apa dengan yeoja ini?" tanya namja itu lagi.
"Eh, tidak. Noona ... eh ... nng ... begini Ki Bum, noona hanya terlibat masalah dengan gadis ini ..." kata Jessica sambil tersenyum manis kepada Ki Bum yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
"Naahh ... noona yang membuat masalahnya 'kan? Ayo, minta maaf!" seru Ki Bum sambil menunjuk dahi Jessica. Jessica mendengus kesal.
"Iya, eh, kau! Aku minta maaf," tegur Jessica sambil mengulurkan tangan, dia membuang wajah. Ai masih kesal melihat dia seperti tidak perduli.
"Waaahh ..... noona, noona harusnya yang ramah dengan gadis baru itu," atur Ki Bum sambil berkacak pinggang. Jessica mendengus gemas.
"Uuuhhh! Yang penting minta maaf 'kan?!" tanya Jessica gemas. Ki Bum hanya membalas dengan sengiran.
"Baik. Aku maafkan." balas Ai. Jessica segera pergi meninggalkan Ki Bum dan Ai.
Ki Bum melirik Ai dengan wajah tanpa ekspresi. Ai salah tingkah.
"Eh? Nnng ..." Ki Bum mengulurkan tangan sambil tersenyum.
"Kim Ki Bum. Panggil saja Ki Bum, kelas 10-2, aku juga baru mendaftar, dan baru masuk sekolah," kenal Ki Bum. Ai perlahan membalas jabatan tangannya.
"Cho Ai Young, panggil aku Ai, kelas 10-1," sahut Ai.
"Salam kenal," seru mereka berdua. Mereka berdua berjalan menyusuri lorong kelas.
"Umm ... Ki Bum, boleh aku bertanya?" tanya Ai. Ki Bum melirik Ai.
"Apa?" sahut Ki Bum.
"Eh? I ... itu, di mana kelas 1-1 ya?" tanya Ai. Mata Ki Bum membulat. Ai merasa tidak enak dan mempunyai insting bahwa mungkin Ki Bum terkejut dia tidak mengetahui kelas per kelas.
"Ma ... maaf, kalau aku,"
"Tidak apa, aku paham. Nanti aku tunjukkan, jangankan kelas mu, semuanya pun aku tahu," mata Ai membulat.
"Bagaimana bisa? Kamu anak baru 'kan? Kenapa bisa tahu?" tanya Ai penasaran. Ki Bum mengangkat kedua tangannya ke atas kemudian menyilangkan tangannya di belakang kepalanya.
"Aku tidak bermaksud sombong, tetapi ... ibuku pemilik sekolah ini." jawab Ki Bum.
"APA?!" jerit Ai dengan cepat menutup mulutnya. Ki Bum menoleh cepat.
"Eh, masudku keluargamu pasti kaya ya, soalnya ... sekolah ini megah, mewah, dan besar." puji Ai sembari melihat sekeliling sekolah.
"Kau berlebihan, eh ... itu kelasmu," tunjuk Ki Bum. Ai mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ki Bum membalasnya dengan lambaian sambil berlari cepat. Ai duduk di kursinya. Dia menghela napas lelah, kelas ini benar-benar mewah, selain mewah juga besar, pikirnya. Pelajaranpun dimulai.
End Ai_POV
Author_POV
Jam Istirahat ....
 Ai berlari menuju kantin. Sesampai di kantin, ia mengantri untuk mengambil makanan. Ketika ia menerima makanan, ia bertanya.
"Maaf Bu, tapi ... es krim ini gratis?" tanya Ai. Ibu kantin itu tersenyum.
"Ooohhh, iya. Silahkan ambil, beruntung itu tinggal satu." Ai meraihnya tetapi ...

SAT ...
Salah satu tangan juga berusaha meraihnya, kini Ai dan tangan itu saling menyentuh mangkuk kecil berisi es krim itu. Ai melirik "pemilik" tangan itu yan ternyata seorang namja. Mereka saling memandang dengan pandangan sebal.
"Permisi, kurasa kau harus melepaskan genggaman tanganmu, karena ini milikku," sela Ai cepat.
"Dan, kupikir aku akan melepaskannya sampai ada burung gagak putih!" seru namja itu.
"Memangnya ada?!" tanya Ai sebal. Namja itu menghela napas.
"Ya, itulah masudku, ditunggu saja," jawab namja itu santai.
"Sembarang! Sampai kapan mau menunggu?!"
"Ya sampai ada! Hei, kembalikan!"
"Ini jatahku!"
"Jangan sembarangan!" terjadilah adu mulut dan tarik-menarik. Anak-anak sudah duduk di meja mereka masing-masing.
Tiba-tiba ...
Kepala sekolah datang ke kantin, beliau datang ke kantin bukan untuk melerai secara tiba-tiba, melainkan mengambil bekal harian.
Ai dan namja itu terus ribut karena masalah yang sangat kecil. Ketika kepala sekolah selesai mengambil bekal dan berusaha mengatakan sesuatu pada ibu kantin, ...
PYAR!
Es krim itu lewat dari rampasan Ai dan namja itu. Sehingga, es krim itu tumpah tepat di baju dan rok kesayangan kepala sekolah. Semua anak menutup mulut. Ibu kantin melongo. Ai dan namja itu saling menatap kemudian memandang ibu kepala sekolah dari bawah sampai atas. Mereka meneguk ludah melihat wajah marah kepala sekolah.
End Author_POV
Donghae_POV
2 Jam Kemudian ...
Tangan Ai terasa pegal karena terlalu lama berdiri hormat pada bendera. Berkali-kali namja itu mengibaskan tangannya karena kepanasan. Setelah kejadian di kantin tadi, kepala sekolah menghukum mereka berdiri hormat di depan tiang bendera selama 3 jam. Belum lagi panas yang luar biasa. Pipi mereka berdua tampak memerah karena kepanasan.
 "Ini semua karena yeoja ini," bisik namja itu. Ai menoleh sambil memelototinya. Namja itu melirik Ai kemudian menghadap bendera lagi.
"Huh, memang benar! Seandainya kau mau mengalah, pas ..."
"Kau yang seharusnya mengalah! Kamu 'kan namja, kalau memang lelaki sejati, pasti akan mengalah, apalagi dengan perempuan," sambung Ai dengan wajah cemberut. Namja itu memandang wajah cemberut Ai yang lucu.
Kemudian menghela napas "Baik, aku yang salah," sahut namja itu. Ai menghela napas. Suasana hening.
"Umm ... ngomong-ngomong, siapa ... nng ... nama ... mu?" tanya namja itu.Mata Ai membulat, tetapi tangan kanannya terus dalam posisi hormat. Ai menoleh pada namja itu, namja itu berpura-pura hormat pada bendera kemudian mengambil napas.
"Sebelum bertanya, kenalkan dirimu dulu, etikanya begitu 'kan?"
"Baik, namaku Lee Donghae, anak kelas 12-1, ibuku pemilik sekolah ini, tetapi Ibu merahasiakannya agar semua orang tidak memberikan yang istimewa padaku, sedangkan orang lain tidak mendapatkan hal yang istimewa," jelas Donghae. Ai menganggukkan kepala kemudian tersentak.
"Namaku Cho Ai Young, anak kelas 10-1. Tunggu, kalau ibumu pemilik sekolah ini, berarti ... dia, siapa?" pertanyaan Ai membuat Donghae bingung.
"Maksudmu?"
"Ya, tadi aku berkenalan dengan seorang namja, dia murid kelas 10-2, dia bilang ibunya pemilik sekolah ini, jadi kalian ... atau mungkinkah dugganku tepat?" Ai segera menutup mulutnya.
"Apa? Tunggu dulu, namanya siapa?" tanya Donghae balik. Ai kembali memandang bendera.
"Kim Ki Bum," jawab Ai. Donghae membelalakkan matanya.
"Dia adikku! Ya Tuhan, adikku berteman denganmu? Ai si Yeoja Temper?" ejek Donghae. Ai memelototinya.
"Dasar! Namaku Ai. Namaku ada maknanya!" kilah Ai. Donghae segera menyentuh dahi Ai dengan kedua jarinya.
"Eits, orang tuamu pasti salah memberi nama ya? Seharusnya namamu Tako," cerocos Donghae lagi.
"Aaaaarrrrrggggghhhhhh! Bisa diam tidak?! Aku pusing tahu! Sudah kepanasan, ternyata temanku adalah adikmu, aarrrgghh! Sial!" dengus Ai pipinya memerah kepanasan.
"Ok, ok. Aku diam." sahut Donghae. Ai hanya mengambil napas. Kepalanya benar-benar pusing, matanya berkunang-kunang, sekelilingnya menjadi kabur dan ...
BRUK!
Ai pingsan, ia jatuh tersungkur. Donghae membelalakkan matanya.
"Omo?! Ai, kau kenapa?" Ai tidak menjawab. "Hei, jangan pingsan di sini," dengan perlahan Donghae meraba kepalanya. "Gawat! Kau demam! Aduh, bagaimana ini?! Kau pingsan di sini sedangkan kita belum boleh masuk! Uuuhhh ... apa aku harus membawamu ke rumah sakit?!" keluh Donghae dalam hati sambil menggendong Ai dan berlari cepat ke dalam mobilnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Komentar