I Gotta Become Your Love (Part 2)

Cast :
*Choi Min Young (Main Cast)
*Im Yoona a.k.a Choi Yoona (Lead Cast)
*Choi Siwon a.k.a Choi Siwon (Lead Cast)

*Moon Mason a.k.a Choi Chan Hoo (Support Cast)
*Tiffany Hwang a.k.a Kim Tiffany (Support Cast)
*Other Cast (Find by yourself)

Genre : Family, Sad, Angst

***

Tiffany_POV
"HYAA!!!"
"Akh!"
"Huwahaha! Bagaimana? Jantungmu copot?" tanya Sooyoung.
"Ukh! Aku sedang berpikir kau malah mengganggu!" Tiffany beranjak dari duduknya. Mata Sooyoung membesar.
"Hahh ... kau kenapa? Hatimu galau?" Tiffany melotot. Sooyoung bergidik.
"Sudahlah, direktur sudah punya istri, untuk apa kau mengejar-ngejarnya segala? Dia mencintai istrinya lebih dari dirinya sendiri. Kau yang sekretarisnya, tetap sekretaris untuknya. Bukan siapa-siapa! Berhenti menganggu kehidupan direktur. Lupakanlah dia ..." mata Tiffany membesar, ia membalik badannya.
"Apa katamu?!"
"Ucapanku betul kan? Kau bahkan pernah bersumpah mengambil ciuman pertamanya, bersumpah akan menembaknya tanpa enggan, semua sia-sia."
"Tutup mulut Sooyoung! Cukup!" Tiffany lari meninggalkan Sooyoung.
"Grhh ...! Awas kau Im Yoona! Jika kau tidak ada, kapanpun itu ... aku tidak akan segan-segan mengambil Siwon! Heuh, lihat saja!" Tiffany menghubungi Siwon.
"Yobaseo?"
"Direktur, ini aku ... Tiffany, bisa ... bicara sebentar?" tanya Tiffany gugup.
"Ah! Mianhae ... aku harus menjemput Yoona, ada perlu apa? Apakah penting sekali?" wajah penasaran Tiffany mendadak kesal.
"Tidak, tidak begitu penting! Ya, aku mengerti," Tiffany menyentuh ikon merah di ponselnya.
"Wanita sialan!"
End Tiffany_POV
Author_POV
***
Author_POV
Sreett ...
"Kenapa kau menunggu di luar gedung?" tanya Siwon sambil membuka kaca jendela mobil. Yoona tidak menjawab lalu masuk ke dalam mobil.
"Ya, nanti kau bisa-"
"Sudahlah," potong Yoona risih. Siwon mengulum bibirnya.
"Chagiya, kau kelihatan tidak sehat. Bagaimana kalau langsung pulang?"
"Memangnya ... mau ke mana?" Yoona bertanya balik.
"Kau lupa chagiya? Karena sehari lagi Kyumin ulang tahun, kita berjanji akan membuatkannya kue tart khusus buatan kita berdua, makanya aku akan membeli bahan-bahannya di supermarket bersamamu, jika bersamamu itu terasa lebih istimewa,"
"Ah ... geuge ..."
"Aku ingin kue ulang tahunnya red velvet, kesukaanmu itu. Dengan begitu ulang tahunnya terasa lebih spesial,"
"Ah .. eh .."
"Kalau kau sakit, tidak perlu. Akan ku suruh kepala pelayan yang membelikannya," Siwon merasa tidak enak.
"Ah ... geuge ... a ... ahahahaha! Siapa bilang? Ayo, kita pergi ke supermarket," hibur Yoona. Ia menyunggingkan senyuman manis di bibirnya yang pudar dari kemerahan. Siwon menatapnya sebentar, berusaha mencari sinar kebohongan.
"Kau ... yakin?" tanya Siwon cemas.
"Aish, chagiya, sudah kukatakan tidak apa-apa masih juga! Kau ini sudah mengidap overdosis kecemasan!" tawa Yoona.
"Ehm ... baiklah," Siwon mengalah lalu kembali konsentrasi pada jalanan. Yoona berusaha tetap menunjukkan senyum di matanya. Diliriknya Siwon yang kembali berkutat pada jalanan. Akhirnya Yoona melepaskan senyumannya. Matanya kembali sayu. Siwon meliriknya cepat, keringat dingin menetes perlahan di pelipisnya.
"Chagiya!" pekik Siwon. Yoona menoleh terkejut. Lalu gelagapan.
"A .."
"Jangan berbohong padaku! Kau sudah berjanji agar tidak pernah berbohong padaku!" Siwon menghentikan mobilnya. Yoona gelagapan. Tidak tahu harus bilang apa.
"Hen-"
"Ayo, pulang ...!"
"HENTIKAN!!!" jerit Yoona kesal. Siwon terdiam.
"Bisakah kau hentikan ini Siwon-ssi?! Berhenti mencemaskan diriku, turutilah aku sekali ini walau aku keras kepala. Kumohon ... aku merasa lebih baik jika bisa melihat wajah senang Minyoung ketika melihat kue buatan umma-appa-nya! Kumohon ... lanjutkan saja kegiatan kita ..." pinta Yoona dengan wajah sendu. Siwon terdiam, matanya berkaca-kaca. Yoona memanggilnya memakai "-ssi" berarti Yoona sedang dalam emosi yang tinggi. Siwon menghembuskan napasnya.
"Aku cemas karena kau bertingah laku seperti orang sakit, jika kau tidak mau aku mencemaskanmu-"
"Oke, aku tidak akan memperlihatkan wajah sakitku ini, dan kau juga jangan terlalu cemas melihat wajahku," potong Yoona. Siwon mengangguk lalu melanjutkan perjalanan. Yoona melirik Siwon.
"Siwon-ah, maafkan aku, maafkan aku,"
Yoona mendongakkan kepalanya, matanya menatap awan yang berarak di atas langit dari dalam jendela mobil.
"Chan Ho-ah, Minyoung-ah,"
End Author_POV

***

Chan Ho_POV
"Hikhik!"
"Nah ... Young, sekarang, aku yang melempar bola, kau yang menangkapnya!" seru Chan Ho. Minyoung hanya berceloteh dan mengangguk-angguk.
"Siap ya!" Minyoung tidak mendengarkan kakaknya, ia menggapai-gapai laci meja dengan tangan nakalnya.
BRUAK!
"HAH?! Minyoung!" Chan Ho berlari. Pelipis kening adiknya mengeluarkan darah. Wajah Minyoung pucat.
"HUWAAA!!!" tangis adiknya. Chan Ho kelabakan.
Krek ... krek ...
Mata Chan Ho berusaha mencari arah suara. Dilihatnya vas bunga Yoona yang retak. Padahal, selain kesayangan Yoona, vas itu juga dia buat sendiri di kursus keramik.
"Hiks! Hiks! Hiks! Umma! Appa! Kumohon cepat pulang! Banyak kejadian aneh di sini!" Chan Ho menangis sambil memeluk adiknya.
Ptas ...
Kalung salib perak Chan Ho putus. Padahal itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke-lima.
"Kenapa bisa putus sih?"
KRIEK ....
"Chan Ho-ah,"
"UMMA!" Chan Ho menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Pintu kamarnya bergerak sendiri. Keringat dingin mentes di kening dan pelipisnya.
"Umma, aku takut,"
BRAK!
"Tuan Muda!" kepala pelayan berlari mendekati Chan Ho dan Minyoung.
"Mworago?! Apa yang terjadi dengan Nona Minyoung?" bukannya menjawab, Chan Ho malah menangis terisak-siak di pelukan salah satu pelayan.
"Siapkan alat-alat P3K! Cepat!" perintah kepala pelayan.
End Chan Ho_POV
***

"Red velvet. Kue yang indah berwarna merah. Merah bagaikan darah segar yang seakan-akan ikut menyatu di dalam kue itu."

"Memang berat rasanya,
Ditinggal oleh orang yang kita cintai,
Tetapi, jika Tuhan sudah menentukan pilihannya,
Kita, hanya bisa menjalaninya,
Dia yang pergi,
Meninggalkan orang-orang yang ia cintai,
Dan meninggalkan orang-orang yang mencintainya," 

Siwon_POV
"Shhh ...! Aish!!!"
PLAK! PLAK!
"Ya! Chagiya! Kenapa dari tadi kau tampak kesal dan menampar pipimu sendiri!" bentak Yoona. Aku meliriknya sebentar, kemudian berusaha tersenyum.
"Ahh ... geuge! Tidak, hanya saja ... aku mengantuk! Hehe ..." alasanku.
"Kau mengantuk?! YA! Bahaya jika menyupir dalam keadaan mengantuk! Sini biar aku saja!" dengus Yoona mulai bergerak.
"A ... aniyo! Ehehe ... bercanda!" Yoona menatapku sebal. Lalu meneruskan melihat ke luar jendela.
Kenapa seperti ini?! Kenapa aku jadi kepikiran kalimat-kalimat itu? Kenapa tetap tidak bisa kuhilangkan jika melihat Yoona? Kenapa terus terngiang? Tuhan! Hentikan permainan ini!
End Siwon_POV
Yoona_POV
Mataku tetap tidak luput menatap ke luar jendela. Aku menatap pantulan wajahku di kaca jendela. Ya, sepertinya aku benar-benar sakit, wajah pucat begini pantas dikatakan sebagai penyakitan.
Seerr ...
Tunggu dulu, apa ini? Aku rasa ada yang keluar dari hidungku? Dengan cepat, aku mengambil tisu dan mengelap hidungku.
"Ada apa?" tanya Siwon. Aku tersenyum dan menggeleng.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat cairan kental berwarna merah yang keluar dari hidungku. Aku menyembunyikan tisu di genggamanku. Aku berharap agar Siwon tidak melihat cairan merah ini. Ini pertanda, sungguh pertanda.
Aku merasakan napasku menjadi hangat, buku-buku jariku memutih seperti mayat. Mataku sayu melihat wajah Siwon yang begitu bersemangat.
Aku yakin, dia pasti sehabis membaca novel Red Velvet, sehingga kalimat misteri itu terngiang di kepalanya. Siwon-ah, sengaja aku letakkan buku itu agar kau dapat membacanya. Apakah kau tidak bosan terus-terusan membaca buku tentang bisnis atau koran?
Hingga kau dapat merasakannya juga, tanda-tanda aku akan pergi meninggalkan dunia.
End Yoona_POV
Author_POV
Yoona menyeka poninya. Kepalanya terasa berat sekali. Wajahnya menandakan ketidaknyamanan. Namun dia berusaha menyembunyikan wajah pucatnya dari mata Siwon.
Mata Yoona menatap kembali ke luar jendela. Siwon meliriknya sebentar, lalu menghela napas.
Tik ... Tik ... Tik ...
Zrasss ....
Hujan turun dengan derasnya. Membasahi jalanan. Yoona menatap langit mendung, lalu tertunduk. Tiba-tiba, Yoona merasa kepalanya seperti ditekan dengan berat, seluruh badannya terguncang hebat.
"Akh ...!"
"C ... chagiya!"
"Uhuk! Uhuk!" Yoona terbatuk-batuk. Matanya membesar, yang keluar dari dalam mulutnya adalah darah. Tangannya bergetar. Mata Siwon menjadi rabun oleh air mata.
"Uhuk! Uhuk!" Siwon mendengus kesal. Bibirnya mengucapkan doa, kadangkala jika ia hampir menabrak, ia akan berkata "sial", "brengsek", dan semacamnya. Keringat dingin bercucuran di dahi dan pelipisnya.
"Chagiya, bertahanlah! Akan kucarikan klinik!" Siwon memutar dengan kuat stir-nya. Yoona masih terbatuk-batuk.
Tiba-tiba, Siwon tidak bisa menghentikan mobilnya. Dia terlalu kuat menginjak gas hingga sulit berhenti. Rem mobil menjadi blong. Siwon hanya bisa menghindari kendaraan-kedaraan yang berlalu-lalang. Sesekali diliriknya Yoona.
"Tuhan! Kumohon tunjukkan pertolonganmu!" Yoona menggenggam erat lengan Siwon dengan tangan dinginnya. Napasnya tersengal-sengal. Perlahan, air mata Siwon turun, ia tidak tega melihat istrinya tersiksa.
Ciitt ...!
Sebuah truk besar melaju dengan kencang.
Tin ...! Tin ...!
 "ANDWAE~~!!!!!!!!"
~To Be Continued~

Komentar